Mengenai Keno, Raki tidak terlalu sering menggunakan isi kepalanya. Ia hanya mengikuti insting: membawa tangannya untuk meraih, mengelus pipinya dengan ibu jari, menariknya ke dekap—apapun, ia yakin dengan nalurinya.
Pijak Jendral membawanya menuju teritori Mayor. Tidak ada Hakam yang terpindai oleh retinanya ketika ia mengetuk pelan dan membuka pintu selayaknya kamar sendiri. Ia hanya menemukan Mayor yang tengah makan di meja belajarnya, seraya menonton video ASMR di youtube.
It's just an excuse from ila to write markno kissing (again). Inspired by one of the scenes in Horimiya.
Words: 1062 (isinya kissing doang)
Additional tags: fluff, its fucking fluffy I dare you to not smile T_T Bitch wants to fall in love, hashtag ila menangisi markno. Markno tenderism, i love markno, can they marry each other please?
Permen
“Keno abis semhas dikasih banyaaaak banget permen, katanya biar pas ngoding nggak ngantuk,” Keno menumpahkan isi handbag yang ia bawa dari kamarnya di kamar Raki.
Non linear narrative, friendship, hurt comfort, slight codependency mayjen
Hakam, Jendral dan Mayor
Hakam pertama kali bertemu Jendral ketika ia berkunjung ke rumahnya.
Akhir pekan itu biasa saja, tidak ada yang spesial pula dengan diri Jendral saat mereka berjabat tangan, ayah mereka berlalu begitu saja untuk mengobrol karena sudah lama tak bersua, ia duduk di samping Jendral yang mulai memainkan nintendo-nya lagi. Hakam sesekali melirik pada layar kecil yang menampilkan piksel gim yang Jendral mainkan, ia punya nintendo yang serupa hanya berbeda warna casing.
Jendral menatap ranjang milik Mayor lamat-lamat seolah ia tengah menelitinya.
Ranjang Mayor berukuran single size seperti ranjang di asrama pada umumnya, dan tidak ada perbedaan dengan miliknya yang berada di kamar; yang ia bagi dengan Yoga—kecuali balutan seprai yang dikenakan. Namun ia tetap meniliknya seperti tengah berada di ujung tanduk untuk mengambil keputusan.
Terdapat bunyi nyaring mesin mobil yang masuk ke pekarangan rumahnya ketika Jendral tengah berkutat dengan debu di rak buku. Ia menarik helai tirai yang menutup jendela, menemukan sebuah kendaraan roda empat yang familiar dalam memorinya terparkir di sana. Pintu belakang alat transportasi itu dibuka, memunculkan sosok yang sudah menjadi bagian hidup Jendral lebih dari setengah umurnya.