MERAKENO

634 words contain kissing only.

HAPPY BIRTHDAY MARK LEE AND MERAKI GEMINTANG.


impulsivitas

Mengenai Keno, Raki tidak terlalu sering menggunakan isi kepalanya. Ia hanya mengikuti insting: membawa tangannya untuk meraih, mengelus pipinya dengan ibu jari, menariknya ke dekap—apapun, ia yakin dengan nalurinya.

Sebab ia tahu otaknya buruk mengenai perasaan, namun hatinya tidak. Ia paham bagaimana bentuknya, karena degup jantungnya nyata, gelitik di perutnya pertanda, senyum yang tanpa sadar tersungging juga saksi mata. Jadi, Raki selalu menurutinya.

Raki juga bukan pujangga, ia tidak bisa menulis surat cinta, merangkai kata elok untuk dikirim dan dibaca. For lack of a better word, dia bodoh tentang itu.

Yang Raki punya hanya kejujuran dengan impulsivitas. Kalimatnya tidak pernah dibalut dengan gula, terlalu biasa, mungkin tidak mampu menggetarkan tubuh orang yang menangkapnya. Namun ia yakin Keno bisa mengerti, tahunan saling berbagi membuat pemuda tersebut lebih memahami Raki lebih dari diri sendiri. Jadi, khawatirnya mudah tertepis, karena yang ia bicarakan adalah Keno.

Kenonya.

“Ken, you know I love you, right?”

Sambutan tawa yang menjadi respon menghangatkan hatinya. Keno menoleh, iris kelamnya di bawah lentik bulu mata berbinar kendati dunia minim cahaya. Hanya ada jingga yang terpantul di sebagian durjanya. Bunyi kayu retak sebab dibakar api menyela. Ada senyum tipis yang terlukis di wajahnya.

Menawan, tanpa pikir panjang Raki mencium bibirnya yang tersenyum, (impulsif—lagi, dan terus begitu, apapun tentang Keno selalu didorong perasaan). Kekasihnya segera terpejam menikmati miliknya yang mendarat. Bibirnya dingin karena suhu malam dan hembus angin yang menerpa. Api unggun yang menyala tidak membantu, namun rambat hangat menjalar dari pagut kecil yang coba ia susun di celah. Seperti puzzle mereka berusaha meletakkan badek yang pas. Memiringkan kepala, mencari sudut paling tepat, Raki memagutnya lambat mencurahkan afeksi.

“Tau kok,” jawabnya menarik diri seperti mengetahui spiral saraf-sarafnya. Mungkin memang tahu karena Raki terlalu sering membuat pernyataan tiba-tiba.

Remeh temeh, namun validasi sederhana selalu menyenangkan mengalun di telinganya. Bukan karena ia ragu akan perasaannya sendiri, atau mengingatkan Keno bahwa ia memang jatuh cinta. Semuanya lagi dan lagi karena Raki tidak berbakat menuangkan apa yang tercatat di dada.

Kekasihnya memalingkan atensi ke alam, memperhatikan langit berbintang yang tidak ditutupi polusi, kian menarik selimut sendiri untuk dipeluk. Raki melirik jarum jam di pergelangan tangannya, menilik detik yang maju perlahan menandakan akan pergantian hari. Ia mengerti mengapa Keno membawanya ke hamparan yang susah payah dicari.

Ponsel milik kekasihnya berdering, bukan sambungan telepon, hanya mp3 suara Raki yang mengatakan hari ini ulang tahun gueeeee sebagai pengingat hari lahir tiap tahun. Ia iseng merekamnya saat mereka masih duduk di sekolah menengah atas. Tawa kecil meluncur mengetahui Keno masih menggunakannya.

Bunyi rekaman itu hilang setelah repetisi tiga kali.

“Rak, lihat langit,” ujar Keno membuyarkan lamunannya.

Lalu ia menemukan ledak kembang api.

Mulut Raki tercengang melihatnya. Ledak itu saling bersusulan, bising, namun warna-warninya cantik di tengah gelap malam.

Ia tahu akan ada kejutan, tapi ekspektasinya bukan bunga api di langit. Maka sekali lagi, senyum terukir di bibirnya, kata wah takjub terlantun sebagai reaksi.

Saat ia berpaling pada Keno, pemuda itu sedang menatapnya dalam diam seperti pemujaan.

Happy birthday, Meraki,” gumamnya tersenyum, frekuensinya pelan namun mampu menghalau riuh letus petasan, seluruh inderanya segera terpusat pada kekasihnya.

Dan yang Raki lakukan terakhir kali hanyalah kembali menuruti impulsivitas dan dorongan di hatinya. Menarik tengkuk kekasihnya yang sedang tersenyum kian lebar mengetahui responnya.

Bibir mereka bertemu lagi, bunyi nadinya berdentum di kepala, namun pikirannya hanya Keno—yang jemarinya mulai melingkar di pergelangan tangan meremas dan mencari pegangan. Mengimbangi ciumannya yang terburu-buru karena perasaannya tumpah ruah.

Mengabaikan sayup nyanyian happy birthday yang tiba-tiba datang dari arah lain (yang ia asumsikan adalah teman-temannya). Mengabaikan ledak petasan cantik yang masih menyala dan saling menyusul di langit. Mengabaikan selimut yang jatuh dari bahunya karena ia bergerak untuk meraih Keno agar kian mendekat. Mengabaikan waktu yang berjalan karena Raki berharap detik berhenti untuknya.

Lantaran sekarang merupakan hari milik Raki, dan ia ingin hanya ada Keno yang menemani, serta impulsivitas dan dorongan hatinya sendiri.

© impsaux #merakeno