DESPAIR
1822 kata. nsfw dikit. baku, semi-baku, non-baku, i dont know you choose, ini berantakan banget soalnya lagi belajar semi-baku dan non-baku tapi ternyata susah juga karena kebiasaan pakai baku. ENJOYYYY
1822 kata. nsfw dikit. baku, semi-baku, non-baku, i dont know you choose, ini berantakan banget soalnya lagi belajar semi-baku dan non-baku tapi ternyata susah juga karena kebiasaan pakai baku. ENJOYYYY
Jaemin/Renjun 906 kata. High school, first kiss, making out, setting lokal, semi-baku. By commission
“Aku udah boleh cium, Jun?”
Mata Renjun terbelalak dengan pertanyaan Jaemin.
2183 kata. Domestic fluff, surprise they are.... ngikkkk?
Narendro is a man with words; apapun yang keluar dari mulutnya akan selalu ia lakukan meski tidak pada detik ia mengatakannya. Bahkan, terkadang, Heksa sudah melupakan celoteh asal yang ia utarakan pada Narendro, namun pemuda itu tiba-tiba mengabulkannya.
2115 kata. slice of life, fluff.
Rekomendasi lagu: Bravo, my life! – Eric Nam.
p.s kalau bisa bacanya pelan-pelan, semoga berasa (?)
Wisuda, katanya.
Sebuah seremoni bahagia usai melewati rintangan. Sebuah selebrasi pencapaian tertinggi dalam masa perkuliahan, kendati nantinya masih perlu menanjak ke level yang lebih banyak ujian.
811 kata.
Tatkala Ardith masuk ke ruang Google Meet melalui tautan, ia sungguhan hanya menemukan Dean berada di sana.
“Hei, Dith,” ujar Dean basa-basi, ada suara jari bertemu keyboard yang nyaring dari seberang.
“Yoooo,” balasnya.
1585 kata. angst.
a/n: i listened to You Never Know by Chen to accompany me in making this narration, I rec you to listen to this song <3
“You good?” tanya Dean tersenyum padanya.
Ardith berusaha senatural mungkin untuk menyunggingkan senyum, namun ujung bibirnya terasa kaku. Ia yakin ekspresinya akan tampak terpaksa, akan tetapi temannya tidak berkomentar sama sekali.
2317 words. feelings. angst. thoughts spiralling. sort of self-study.
Notes: I'm not majoring in music nor do I play an instrument, but I did a little research. Please excuse the inaccuracies.
a/n: read it slowly, I'd like to rec this song Untitled by Maliq & D'Essentials to enhance your reading experience.
Ardith suka menyendiri sebelum naik panggung.
Kesendirian selalu membuatnya berpikir lebih jernih dan terorganisir. Entah saat ia perlu belajar, atau sebelum memulai presentasi, atau saat mengalami kejadian buruk yang mengharuskannya menangis, Ardith memilih kesendirian untuk menemaninya. Dan tanpa ia sadari, ia membentuk kebiasaan itu seperti ritual, seluruh bandmates-nya menghapal ritual itu.
1288 kata. hurt/comfort.
Ardith melepaskan ponselnya usai membaca deretan notifikasi dan pesan yang masuk. Keadaannya tidak membaik sama sekali meski tidur sepanjang hari. Kepalanya kian berdentum tak karuan seperti ada yang sengaja memukulnya—untuk menghancurkannya perlahan-lahan. Akan tetapi di tengah pertemuan kepalanya dengan tembok tanpa sadar karena berdenyut, ada yang terasa lebih menyakitkan: ekspektasinya sendiri pada seseorang.
Sakit
“Cutie pie, mana yang sakit?” bisiknya perlahan amat lembut, diperuntukkan khusus pada kekasihnya.
I'm not majoring in music nor do I play an instrument, but I did a little research. Please excuse the inaccuracies.
Ardith selalu suka suasana saat mereka bermusik.
Saat Gama menaikkan sticks-nya ke udara dan mengetuk empat kali sebelum memukul drum. Atau saat Atof mulai memetik gitar yang diselarasi oleh Zio. Atau saat Dean menyesuaikan tempo untuk menyempurnakan lagu. Atau saat dirinya sendiri bernyanyi dan menekan tuts.