Wrong Steps
Rating: teen and ups Additional tags: drabble, hurt/comfort
ππ¦π©ππ: ππππππ π'π ππ?
βHaris minta putus karena lo.β
Pernyataan tersebut membuat Narendro tercengut ketika mereka sama-sama bersandar pada headboard ranjang Heksa.
Ada jarak tipis di antara bahu mereka yang bersisian; yang entah mengapa, membuat Narendro merasa semakin jauh dari Heksa. Ia sungkan untuk merapat karena pada dasarnya Narendro menjadi sumber kesedihan bagi pemuda Juni tersebut.
Ia tidak bisa menyembuhkan orang yang terluka jika ia adalah lukanya.
Pilihannya untuk mengunjungi kos Heksa mungkin merupakan salah satu keputusan yang kurang tepat. Kemelut darinya mengisi celah, ia yakin pemuda di sebelahnya menyadari riak itu.
Senyum getir Narendro perlahan muncul, ia merasa bersalah.
Peka, Heksa selalu memahami buah pikirnya tanpa ia tuturkan, seperti dapat membaca pemuda Agustus tersebut, padahal ia tahu dirinya bukan buku terbuka. Lantas, Heksa melanjutkan kalimatnya, βtapi lo nggak salah, Na. Emang kita aja yang nggak ada komunikasi. Dan lo lagi kena apes deket sama gue.β
Narendro meringis mendengarnya. Terlepas ia tidak mengetahui apa kesalahannya selain bercumbu dengan kekasih orang, ia tetap menemukan dirinya amat merasa keliru.
βGue nggak tahu mesti gimana. Mau ribut di telepon juga repot.β
Heksa mengulum dan menggigit bibir bawahnya, βcuma karena cemburu dia bilang putus setelah hampir 3 tahun pacaran.β
Hening, Narendro tidak berani angkat bicara.
Pemuda Agustus tersebut menganggap ia bukan berada di tempat yang layak untuk memberikan opini, karena hubungan yang sedang dijalin oleh temannya hampir selesai sebab eksistensinya.
Heksa berdecak, menarik lutut hingga ke dada untuk membenamkan kepalanya yang berdenyut. Kalau bisa menangis, mungkin ia akan mengeluarkan kesedihannya dengan ritual tersebut. Namun sayang, ia tidak dapat menemukan dirinya melakukan demikian. Alih-alih, sesak yang menjadi-jadi di dalam dada dan menyumbat napasnya tidak bisa ia lepaskan. Seperti sengaja membuat Heksa semakin tenggelam dalam sendu, dan harus menikmati setiap detik perasaan bersalah yang menggerogoti dirinya.
βWe should stop... Shouldn't we...?β
Menjadi yang paling rasional di antara keduanya, Narendro memberikan opsi dengan suara lirih. Ia tidak memalingkan wajah pada pemuda di sampingnya, masih menatap dinding yang menghasilkan pantulan film dari proyektor tanpa suara. Tidak berani mengetahui gurat yang hadir tatkala ia mengucapkan kalimat itu, yang harusnya ia utarakan dari jauh-jauh hari.
Gemercik hujan yang baru saja turun hampir menghalau suara Narendro.
Heksa serta-merta menggeleng lemah, ia tidak mau.
βDon't, i need you.β
Ia mengubah posisi menghadap Narendro yang masih fokus pada dinding. Menggapai rahangnya yang tegas untuk disentuh oleh kedua telapak tangannya. Membuat Narendro mau tidak mau bertemu pandang dengan mata Heksa yang memiliki sorot pilu.
Hati Narendro mencelos, ia tidak ingin melihat ekspresi itu pada pemuda berkulit madu yang berhasil mengacak isi kepalanya.
βGue pengen ngerokok.β
Lantas Narendro menarik lembut dagu Heksa, melumat bibirnya yang begitu adiktif.
Β© smoldoy #wrongsteps