Wrong Steps

๐ƒ๐ฎ๐š: ๐ค๐จ๐ฆ๐ฎ๐ง๐ข๐ค๐š๐ฌ๐ข

Helaan napas nyaring dari Heksa di sebelah Narendro membuatnya terusik untuk melirik.

Koridor rumah sakit nampak lengang, hanya ada beberapa orang yang silih berganti duduk di ruang tunggu.

Setelah Narendro memastikan bahwa Regas baik-baik saja sendirian, ia bergegas ke bawah menghampiri Heksa yang katanya sudah sampai rumah sakit setelah membeli makan malam untuk mereka berdua. Namun, ia menemukan pemuda tersebut malah duduk di ruang tunggu.

Kini mereka berdua duduk bersisian seraya memandang layar televisi yang menampilkan acara berita yang tidak terlalu mereka perhatikan.

โ€œKenapa?โ€ Tanya Narendro berhati-hati setelah mengumpulkan keberaniannya untuk bersuara. Raut wajah Heksa yang kurang mengenakkan membuat ia sedikit segan lantaran mereka belum begitu dekat.

โ€œPacar gue.โ€

Oh, punya pacar. Batinnya.

โ€œBaru tahu aing, lo punya pacar.โ€

Anggukan Heksa mengkonfirmasi pernyataan dari Narendro. โ€œGue jarang cerita sih, paling ke Regas. Lagi pula LDR juga, apa yang mau diceritain.โ€

Narendro sedikit bergerak untuk menyamankan posisinya di kursi.

โ€œPacar lo di Makassar?โ€ Ia bertanya; yang tentu saja jawabannya pasti iya. Eh, tapi belum tentu juga, siapa tahu Heksa memiliki hubungan dengan bule kan? Tidak menutup kemungkinan.

Anggukan kedua muncul dari si penjawab. โ€œGue pacaran dari SMA.โ€

โ€œLanggeng, Kang.โ€ Takjub Narendro.

Yah, Narendro benar-benar takjub sih, apa lagi ditambah fakta jikalau kini Heksa melakukan hubungan jarak jauh yang akan memakan durasi tahunan. Narendro mah can't relate. Punya kabogohan saja tidak.

Heksa menyunggingkan senyum kala mendengar penuturan Narendro, mood-nya sedikit membaik ketika mendapatkan sanjungan bahwa apa yang ia jalani saat ini merupakan sesuatu yang mengejutkan.

โ€œAwalnya komunikasi gue sama dia masih biasa aja, tapi lama-lama seret, bro. Emang LDR gitu kali, ya? Padahal kunci hubungan jarak jauh ya komunikasi itu sendiri.โ€

Curhat Heksa tiba-tiba, sebenarnya ia jarang mempermasalahkan bagaimana mengikisnya frekuensi komunikasinya dengan Haris. Namun, yah, sepertinya kali ini ia tidak bisa membendungnya sendirian.

Terlepas ia tahu bagaimana watak pacarnya yang kelewat baik, ia khawatir dengan berkurangnya intensitas komunikasi mereka ใ…ก yang mana akan menimbulkan banyak kesalahpahaman.

Lantas, Heksa menyodorkan plastik makanan yang baru saja ia beli. โ€œNih, lo langsung balik aja. Gue yang jagain Regas.โ€

Jemari Narendro meraihnya, kemudian ia bangkit berdiri di hadapan pemuda Juni tersebut, โ€œlo jelasin aja baik-baik lewat telepon kalau lo khawatir tentang itu. Karena lo pacaran udah bertahun-tahun, gue yakin dia bakal ngerti, dah.โ€ Saran Narendro padanya.

Detik berikutnya, ia mengusak kepala Heksa sehingga rambutnya tidak beraturan, โ€œbalik duluan ye, pengen molor.โ€ Ia terkekeh, โ€œthanks,โ€ lanjutnya seraya mengangkat bungkusan putih di gengamannya sebagai isyarat. Tangan Heksa menepis milik Narendro yang masih mengacak surainya, โ€œberantakan, anjir,โ€ gerutunya, โ€œthanks juga sarannya.โ€

โ€œSantai.โ€

Setelah itu, lelaki dengan sapaan Nana tersebut melambai serta mengambil langkah meninggalkan Heksa di ruang tunggu.

Hati Heksa menghangat menatap punggung Narendro yang semakin mengecil, bibirnya terangkat untuk membentuk senyum tipis.


ยฉ smoldoy #wrongsteps