TRUTH OR DARE

Author: @smoldoy

Rating: Teen and Ups Main Characters: Na Jaemin / Lee Donghyuck Additional Tags: Ambiguous Ending, Donghyuck-centric, Mention of blood, Mention of Murder. Words: 1k



“Gue putar ya.” Ujar Jeno seraya menyentuh ujung kaleng kosong yang berada di tengah lingkaran.

Yang berada di lingkaran mengangguk, lantas jemari Jeno menggerakkan kaleng tersebut hingga beredar; menunjuk korban selanjutnya.

Donghyuck terpejam karena ia tidak ingin mengetahuinya.

Ia tidak pernah suka permainan truth or dare.



Setiap sekolah selalu memiliki tradisi aneh yang diwariskan secara turun menurun. Tidak terkecuali sekolah tempat Donghyuck menimba ilmu. Setiap tahun pihak sekolah merayakan halloween agar nampak trendy — beberapa sekolah di kawasan selatan bahkan terinspirasi untuk melakukan hal yang sama, melihat potensi minat siswa yang mendaftar semakin membludak karena hal tersebut. Dan tahun ini, sekolahnya menentukan tema Hogwarts setelah survei daring diselenggarakan.

Kegiatan belajar mengajar diubah menjadi acara makan besar selayaknya di The Great Hall. Nuansa Hogwarts nampak menguar dengan siswa yang berlalu-lalang menggunakan jubah houses pilihan masing-masing. Untuk sejenak, Donghyuck merasa bersyukur tidak menolak ketika ibunya menyuruh melanjutkan pendidikan ke sini. Selain sekolah suka melakukan hal-hal yang tergolong unik, ia juga dapat menemukan orang-orang yang berbeda dalam perwujudan teman-temannya.

Hari ini Donghyuck dan teman-temannya kembali berkumpul setelah kelas selesai di ruang temaram gedung belakang sekolah. Ruang tersebut konon memiliki banyak cerita mistis namun tidak ada yang terlalu peduli. Alih-alih acuh, mereka malah menjadikan ruang itu sebagai base camp peristirahatan. Mereka datang satu persatu karena memiliki kelas yang berbeda — setelah acara ala Hogwarts berlangsung, mereka tetap belajar sebab sedang berada di kelas akhir, sangat disayangkan padahal kelas bawah tetap melanjutkan pesta — dan Donghyuck menjadi orang pertama yang membuka pintu saat lampu masih padam.




19:00

Sekolah seharusnya sudah menutup gerbang karena tidak boleh ada siswa yang masih berkeliaran saat malam. Namun sebagai siswa akhir sekolah mereka memilih untuk tetap tinggal menikmati sisa waktu yang tersisa sebelum lulus.

Mark menjadi orang kedua yang datang dengan langkah sedikit diseret. Lantas pemuda jurusan bahasa tersebut membaringkan tubuh di atas karpet dengan ransel yang dialihfungsikan sebagai bantalan. Donghyuck menemukan kacamata yang digunakan temannya mengalami keretakan, namun ia memilih untuk terpejam tidak ingin bertanya.

Ia melihat Mark berkelana di sekitar pedesaan kumuh dengan mata elang. Mengambil langkah perlahan menyisir anak-anak kecil yang tidak memiliki biaya untuk sekolah sedang bermain di lapangan tanpa alas kaki. Netranya menemukan satu anak kecil berusia kisaran empat tahun sedang duduk sendirian di sudut lapangan tanpa teman, membawa boneka lusuh yang sudah tidak berbentuk dalam pelukannya.

Kilat, anak itu berada di dekapan Mark.

Donghyuck tidak ingin memproyeksi apa yang terjadi selanjutnya.

Tidak berselang lama Jeno masuk ke ruangan. Kacamatanya memiliki baret-baret panjang namun tidak serupa dengan Mark. Pemuda bermata rembulan tersebut menyunggingkan senyum pada Donghyuck ketika melangkah menujunya.

“Ngapain lo?” Tanya Jeno seraya duduk di sampingnya.

“Main Piano Tiles.”

“Cupu amat.”

Pandangan mereka bertemu, Donghyuck mengalihkan fokusnya dan terpejam. Ia memilih bungkam ketika menemukan lengan kemeja putih Jeno memiliki bercak kemerahan.

Aroma hutan hujan menyambangi indera penciumannya. Basah, seperti baru hujan beberapa jam lalu. Terdapat genangan air yang tak sengaja Jeno jejak karena atensinya fokus pada mangsa, membuat ujung celana miliknya basah karena berlari secepat cahaya.

Lengannya terciprat bercak kemerahan karena ia berburu tanpa alat.

Jaemin dan Renjun datang bersama karena kelas mereka bersebelahan. Tidak ada yang berbeda dari mereka. Jaemin merangkung di sisinya yang masih kosong, menarik kakinya agar mengubah posisi dari bersila menjadi berselonjor. Lantas, kepalanya menyamankan posisi pada pahanya untuk tidur.

Donghyuck terkekeh pelan melihat perilaku kekasihnya.

“Capek banget hari ini,” keluhnya sebelum menguap, “cium pipi aku dong buat asupan energi.” Lanjutnya mengembungkan pipi.

Seharusnya Jaemin tidak merasa lelah, ia baru saja makan. Namun Donghyuck tidak angkat bicara, ia mencondongkan wajah dan mengecup sekilas seraya menutup kelopak mata.

Ruangan serba putih membuat Donghyuck memicing, Jaemin hanya mencuri beberapa kantong darah bersama dengan Renjun yang menunggu di depan untuk menjaga.

“Asin rasa keringat...”...dan anyir besi.

Jaemin mengangkat alisnya, “masa sih? Padahal aku udah cuci muka habis jam olahraga.”

Donghyuck hampir saja mendengus, neither of them tell a truth.

Renjun menenggak substansi dari kaleng merah di tangannya, merapat pada Mark yang masih merebahkan diri di sudut ruangan. Donghyuck meliriknya, mendapatkan pemuda bermarga Huang itu sedang berbisik pada Mark, ia tidak ingin berasumsi mengenai topik pembicaraan mereka. Karena pada akhirnya, ia akan mengetahui.

Pada akhirnya ia akan melihatnya.



19:45

Truth or dare?” Tanya Mark seperti tidak acuh dengan permainan namun tetap ikut bermain untuk meramaikan.

Entah siapa orang pertama yang memutar kaleng bekas milik Renjun sehingga mereka kini melingkar melakukan truth or dare.

Truth.”

“Hal buruk yang terjadi hari ini?”

Renjun mengibaskan salah satu tangannya di udara, “pertanyaan lo klasik banget, Mark.” Tukasnya.

Mungkin Donghyuck salah melihat ketika Renjun mengerling padanya dan mengeluarkan seringai tipis, “hal paling buruk yang lo lakukan hari ini?” Lanjut Renjun melontarkan pertanyaan pada Jeno.

Jeno membeku sekilas (tentu saja Donghyuck tidak melewatkannya), ia memandang Renjun dengan tatapan yang sulit untuk dijabarkan.

Donghyuck mengedip lambat.

“Ngebunuh orang?” Jawab Jeno dengan nada yang lebih mirip dengan pertanyaan dari pada pernyataan.

Detik berikutnya tawa keras yang lain mengisi ruang meski Donghyuck tidak menemukan letak lucunya.

Bukan, hari ini bukan manusia, namun rusa liar. Hei, ngomong-ngomong, dimana tepatnya lokasi hutan tersebut?

Jeno ikut terkekeh, “bercanda. Gue ngasih lem di kursi pak Jung pas dia masuk kelas. Tadi celananya sampai robek.”

“Gue putar ya.” Lanjut Jeno seraya menyentuh ujung kaleng kosong yang berada di tengah lingkaran.

Yang berada di lingkaran mengangguk, lantas jemari Jeno menggerakkan kaleng tersebut hingga beredar; menunjuk korban selanjutnya.

Donghyuck terpejam karena ia tidak ingin melihatnya.

Ia tidak pernah suka permainan truth or dare.

“Oh, Renjun!” Ujar Jeno yang suaranya ditangkap kedua rungu Donghyuck dan ia kembali membuka kelopaknya.

Truth.” Sahut Renjun meski belum ditanya.

Mark berdecak, “nggak seru, ah. Truth semua.”

“Kayak mau ngerjain dare aja lo.” Jeno melemparkan buntelan jubah Hufflepuff miliknya ke wajah Mark. Mengundang gerutu dari pemuda yang lebih tua, ia melakukan hal yang sama pada Jeno, namun jubah tersebut malah melambung lebih jauh dari dugaannya. Whoops, sepertinya ada yang lupa mengontrol kekuatan.

“Rahasia terbesar yang udah lo simpan sendiri selama ini dan nggak pernah ada yang tahu?” Jaemin melontarkan pertanyaan.

“Gue punya 12 makam atas nama gue.”

“Banyak juga.” Jeno mengangguk mantap, meloka sekilas pada Donghyuck.

Pemuda berkulit tan tersebut berusaha untuk tetap rileks mengetahui fakta baru tersebut. 12 pusara? Sudah berapa tahun ia hidup hingga saat ini?

Ketika Renjun ingin mengedarkan kaleng tersebut, Jaemin menghentikan tangannya. “Nggak perlu diputar, gue mandiri.”

Truth.” Lanjutnya.

“Ini jadi truth or truth.” Donghyuck akhirnya membuka suara setelah sekian lama hanya menjadi pengamat.

Mungkin sekarang saat yang tepat untuk mendapatkan jawaban atas apa yang ia ketahui,

“sebenarnya kamu, kalian semua apa?”

Atau tidak?



20:00

Seusai Jaemin memproses kalimat yang meluncur dari kekasihnya, bibirnya mulai menyeringai perlahan-lahan pada Donghyuck yang sedang menatapnya.

Semua pasang mata di lingkaran kini menyorot Donghyuck, mengeluarkan seringai yang serupa seperti Jaemin.

Donghyuck terpejam lagi, memutar memori yang seharusnya belum ada namun sudah bergulir di kepalanya.

Sepertinya ia salah sudah bertanya.

Dan juga, ia sudah bilang kan, kalau ia tidak pernah suka permainan truth or dare?


00:00 Dari: Donghyuck Untuk: Kak Johnny

Kak, aku nggak bisa pulang.


00:05 Dari: Donghyuck Untuk: Kak Johnny

Oh ya, selamat halloween, Kak! -Jaemin



mind share your thought? twitter cc

© smoldoy