MERAKENO

Rating: mature Additional Tags: dubious consent, kissing scenes


Raki, Keno, dan Mobil.

Keno yang berada di kursi penumpang sudah merasakan bagaimana perubahan hawa di antara mereka ketika jemari Raki membantunya melepaskan seatbelt. Ia belum bergerak dari kursinya untuk keluar, jantungnya bertalu karena efek kejut dari wajah Raki yang begitu dekat padanya. Ia belum pernah ditatap oleh Raki seintim itu, meskipun ia hanya melepaskan seatbelt.

Atau sebenarnya Keno baru sadar jika Raki selalu memberikan tatapan seperti itu.

Tangan Keno meremas strap ranselnya, ia bisa melihat dari ekor matanya bahwa Raki masih memperhatikannya dengan sorotan itu. Dirinya takut untuk kembali melirik pada Raki. Ia ingin mengucapkan terimakasih sebelum lari terbirit untuk kabur dari suasana pekat yang tidak nampak.

Thanks, Rak. Gue dulu-”

Sorry, but I'll never regret this.” Raki menarik tangan Keno yang berada di strap ranselnya, hingga Keno menghadapnya. Matanya terbelalak ketika tengkuknya ditarik begitu saja dan bibir Raki mendarat pada bibirnya. Keno ingin mendorong Raki yang mulai merasakan bibirnya namun kepalanya seperti malfungsi dan tubuhnya membeku di tempat enggan berkorporasi dengan logikanya.

Raki dapat melihat bagaimana reaksi Keno yang membulatkan mata. Ia mulai memejamkan netranya, mengabaikan iris gelap itu dan mulai menyesapi rasa bibir Keno yang sesuai ekspektasinya. Tangannya tetap menahan wajah Keno untuk diam di tempat dan ia mulai memiringkan kepalanya untuk mencari celah masuk berharap dapat menginvasi mulut Keno. Ia menekan tengkuknya untuk memperdalam ciuman. Ia menjilat, melumat, dan tanpa keraguan menggigit bibir Keno yang menghasilkan desahan tertahan karena terhalang oleh bibirnya.

Detik berikutnya, Keno tanpa sadar sudah berada pada pangkuan Raki meskipun punggungnya sakit karena menabrak setir mobil milik temannya. Ia menikmati bagaimana lidah mereka beradu untuk menentukan dominasi dan Raki meraih kemenangan dengan menelusupkan lidahnya pada mulut Keno. Mengabsen deretan giginya yang rapih, dan menggelitik langit – langit mulutnya membuat dirinya bergetar menarik rambut Raki. Bunyi kecipak terdengar begitu jelas Keno berpikir mungkin mahasiswa yang berada di parkiran dapat mendengarkan mereka sedang making out di dalam mobil. Ada perasaan penuh seperti ingin meledak pada perutnya membayangkan dirinya dilihat oleh orang lain sedang bercumbu dan berbagi saliva dengan temannya. Ia memukul bahu Raki karena kehabisan napas dan setelah kepalan yang ketiga Raki baru rela melepaskannya.

Jalinan saliva mereka terputus ketika Raki menarik diri dan menatap mata Keno. Dahi Raki menempel pada dahi Keno ketika mereka sama – sama menghirup oksigen dengan rakus. Raki mengedarkan padangannya pada wajah Keno dan sorotannya jatuh pada bibirnya yang basah, merah merekah, dan sedikit membengkak karena ulahnya. Tangannya bergerak naik turun pada punggung Keno karena ia tahu punggung temannya beberapa kali terhentak ke belakang mengenai setir mobil ketika ia mencoba mendorong untuk memperdalam ciuman mereka.

Surgawi. Kata itu muncul begitu saja dalam benak Raki ketika ia dapat mencecap bagaimana ranumnya bibir Keno. Ia kembali mengejar bibir Keno yang sudah bengkak saat merasa paru – parunya sudah penuh dengan oksigen, kembali menyesapi candu baru yang ia impikan sejak lama, mengunci belah bibir Keno yang begitu pas di antara bibirnya seperti mereka memang diciptakan untuk satu sama lain. Ia kembali menyulut reaksi Keno ketika tangannya sengaja turun ke bawah untuk meremat bokong temannya yang sintal, membuat Keno kembali mendesah tertahan dan membiarkan daging tak bertulang itu masuk menjelajahi mulutnya yang hangat.

Tubuh Keno seperti seringan kapas dan ototnya lunglai di bawah kontrol Raki.

Bibir Raki mulai memberikan kecupan ringan di tepi bibir Keno dan berpindah ke dagunya hingga ke ceruk leher temannya yang jenjang. Ia harus menahan diri untuk tidak memberikan tanda pada leher putih Keno karena adik tingkatnya masih perlu masuk kelas, dan ia tidak bisa membiarkan Keno menjadi bahan olokan temannya karena tindakannya.

Napas Keno terdengar begitu nyaring saat ia menahan diri untuk melanjutkan nafsunya yang sudah mulai naik. Raki harus menghentikan pekerjaannya jika ia tidak ingin temannya terlambat mengingat Keno masih duduk di tingkat satu. Ia memberikan kecupan terakhir di bibir Keno, kecupan paling sederhana yang tidak diselimuti apapun selain perasaan sayangnya pada Keno.

Ibu jarinya menghapus sisa saliva yang berada di sekitar wajah Keno, dan ia baru menyadari betapa berantakan temannya dengan wajah merah, pipi terbakar dan rambut semerawut karena kelakuannya. Jika Keno sedang berada dalam keadaan normal, mungkin Raki sudah ditinju habis – habisan hingga memohon ampun karena mau dikata bagaimana pun juga, temannya memiliki tenaga yang kuat untuk membuat Raki menjadi kerupuk. Ia belum berani membuka suara menunggu Keno terlebih dahulu mengatur kesadarannya, dan saat temannya memanggil namanya dengan suara serak, Raki merasa kakinya kesemutan.

“Rak, ini pindahnya gimana?”

Raki tertawa mendengar pertanyaan Keno yang di luar dugaannya. Ia juga tidak tahu mengapa mereka berakhir dalam posisi seperti ini. Bagaimana Keno berpindah dari kursi penumpang ke pangkuannya juga tidak terpikirkan dalam benak Raki. Intinya, ia tidak mengerti dan Keno harus memikirkan segala cara agar bisa keluar dari posisinya.

Setelah berusaha dengan kakinya, Keno kembali di kursi penumpang dan meraih tisu untuk memperbaiki tampilannya agar terlihat normal.

“Gue duluan.” Keno menenteng ranselnya keluar tanpa menoleh, menyisakan Raki yang masih setia di belakang setir. Ia menatap Keno pergi dari area parkir untuk masuk ke gedung fakultas mereka melalui spion mobilnya.

Raki mendesahkan napas kasar, memukul setir. Meski ia mengatakan tidak akan menyesali perbuatannya, kini perasaan itu menguasai dadanya dan sepertinya Keno akan menjauhinya mulai dari sekarang.

Katakan ia bodoh, otaknya beropini bahwa ia bersyukur setidaknya ia dapat merasakan bagaimana ranumnya bibir Keno sebelum dirinya bersiap menerima konsekuensi atas kenekadan yang baru saja ia lakukan.

© smoldoy #merakeno