MERAKENO

Raki Thinking

Lo suka Keno?

Pesan Lucky membuat Raki merenung menatap langit – langit kamarnya. Ia suka Keno? Ia bertanya lagi pada dirinya sendiri. Meskipun kalimat tersebut tidak pernah terbesit sama sekali di benaknya, mengapa temannya bisa dengan mudah berasumsi seperti itu? Ia bangkit dari kasurnya memilih untuk menarik gitar dan memetik chord lagu yang ia hafal di luar kepala.

Suka Keno?

Memangnya kalau mau seks harus suka dulu?

But friends dont fuck. Pertanyaan yang baru saja muncul di benaknya langsung ditepis begitu saja oleh kalimat Lucky.

Yeah, friends dont fuck.” Gumamnya pelan.

Pandangannya beralih pada gorden yang menutupi pintu kaca ke balkonnya. Ia memainkan gitarnya sembari memikirkan alasan lain mengapa ia ingin melakukan seks pertamanya dengan Keno, namun dirinya tidak dapat menemukan sesuatu yang menguatkan alibinya.

Lalu dirinya tersentak dan jemarinya berhenti seketika.

Apa jangan – jangan Keno sudah pernah melakukan seks?

Ah, nggak mungkin. Pikirnya sambil menggeleng, nggak, nggak mungkin. Ulangnya lagi meyakinkan diri.

Raki melepaskan gitarnya, kenapa ia menjadi gelisah setelah gagasan itu mencuat pada dirinya?

Apakah ia harus bertanya pada Keno? Wah, sepertinya tidak perlu. Bisa ditempeleng dirinya jika bertanya privasi temannya setelah mengirim pesan mengajak yang iya – iya.

Kalau Keno sudah berhubungan dengan orang lain, memangnya Raki harus apa? Mengucapkan selamat karena ia sudah tidak perjaka? Raki tertawa sendiri membayangkan seandainya hal tersebut terjadi.

Namun, bukankah ia malah kecewa jika mengetahui bahwa Keno memang sudah melakukannya dengan orang lain?

Ah, Raki semakin pusing diajak berpikir.

Sepertinya ia perlu minta tolong.

© smoldoy #merakeno