Jody appreciates every little things Dewa does

Oversize hoodie milik Keno sangat pas di tubuh Jody.

Ia meletakkan pakaian kotornya di keranjang, masih menggunakan handuk untuk mengeringkan rambutnya ketika masuk kamar, menemukan ruangan itu sepi ditinggal pemiliknya.

Ia memeriksa handphonenya siapa tahu Dewa memberikan pesan sebelum pergi, namun nihil, tidak ada petunjuk keberadaan little bunny.

“Deeek, Dewa kemanaaaa?” Mengulang hal yang dilakukannya kekasihnya, Jody berteriak pada Keno yang sedang sibuk bermain PES bersama Raki di kamar sebelah.

“Keno nggak tau, Baaang. Emang di dapur nggak ada?”

Jody turun ke lantai bawah untuk mengecek dapur, namun tetap tidak ada Dewanya di sana. Ia mengirim pesan, kamu kemana, yang? Sebelum kembali ke kamar Dewa dan memilih untuk berbaring sambil menunggu.

Ia mendapatkan pesan balasan dari kekasihnya, ke indomaret pake sepeda. Dan ketika ia ingin mengetik apakah Dewa ingin ditemani, balon pertanda pesan baru muncul di layarnya, deket, dikit lagi gue sampai. Ia tersenyum, bunny-nya paham apa yang ada di pikirannya.

Setelah beberapa menit menunggu, langkah kaki seseorang yang Jody yakini sebagai kekasihnya mendekat ke kamar.

Ia mendapati kekasihnya membawa pulang tas belanja berwarna hijau yang agak penuh.

Dewa membantingkan diri ke kasurnya yang sudah lama ia tinggalkan, dan baru saja berpikir bagaimana nyamannya tempat itu, dan mengapa ia memilih mengekos padahal surganya ada di rumah.

Keringat mengalir di pelipis Dewa karena berolah raga tanpa sengaja.

“Beli apa, Yang?” Jody mengambil tisu di meja belajar Dewa, menghapus titik keringat di wajah kekasihnya, yang dihadiahi gumaman terima kasih.

Snack, Cola, cuma mau jalan – jalan, udah lama nggak pulang.” Dewa meraih tisu di genggaman Jody, dan kini mengelapnya sendiri.

Sudah lama Dewa berkeinginan untuk mengitari kompleknya dengan sepeda, namun dirinya tidak pernah berkesempatan untuk pulang ke rumah karena kegiatan. Dan hari ini, ia berjanji pada dirinya sendiri untuk menyelesaikan satu dari daftar harapannya yang sepele, meskipun ia pulang bukan karena suatu hal yang menyenangkan.

Jody mengangguk mafhum, “kamu mandi, gih. Aku aja yang bawa snack ke kamar Keno, dia pasti ogah ke sini karena lagi nge-PES.”

Jemari Dewa mengusak kepala Jody karena begitu pengertian, “thank you,” ia mendapati surai kekasihnya begitu lembab karena air, “masih basah ya.”

Reflek, Jody menyentuh rambutnya sendiri dan tersenyum malu, “hehe, tolong keringin, Yang.”

Handuk di balik pintu kamar Dewa berpindah ke kepala Jody.

“Udah tua, masih aja nggak bisa ngeringin rambut.”

“Bukannya nggak bisa, sengaja, Yang. Biar dikeringin kamu aja.”

Kekehan muncul dari bibir Dewa, “iya, percaya.”

“Seriuuuuus, tau, Yang.”

“Iya, Dy.”

Jody mengerucutkan bibirnya karena jawaban kekasihnya terdengar seperti ledekan. Ia menyorot dengan atensi Dewa yang mengeringkan rambutnya sebelum bangkit meninggalkannya untuk mandi.

Ia menghalangi Dewa untuk pergi, “I love you, Yang.” Ujarnya sebagai bentuk pernyataan terima kasih karena telah membantunya.

Reaksi Dewa yang tertawa sambil mengerutkan alis karena bingung merupakan pemandangan menyenangkan untuk Jody, “apaan sih lo, haha.” Ia memukul bahu adik tingkatnya agar bergeser karena menutupi jalan.

Senyum Jody muncul, “I LOVE YOU, YAAAAAANG.” Teriaknya ketika Dewa sudah menghilang dari penglihatan, kemudian ia terkekeh sendiri karena sikapnya.

Dewa tepuk dahi ketika mendengar sahutan keras dari kamarnya, merasa malu memiliki pacar yang tidak tahu malu. “JODY ANEEEEEH.” Ia membalas sama kencang, ngibrit setelahnya ke kamar mandi karena tidak ingin mendengar sahutan baru dari kekasihnya.

Namun yang ia dapati malah adiknya yang bersuara.

“BERISIK BANGET SIH MAS DEWAAAAA.”